Senin, 27 September 2010

persalinan kala III

I. Memberikan asuhan pada ibu bersalin kala III
A. Fisiologi kala III
Kala III dimulai sejak lahirnya bayi hingga lahirnya plasenta. Tujuan dari penanganan tahap ketiga ialah pelepasan dan ekspulsi segera plasenta, yang dicapai dengan cara yang paling mudah dan paling aman. Segera setelah bayi lahir akan diikuti dengan lahirnya plasenta yang diawali dengan Pada umumnya kala III berlangsung ± 6 menit setelah bayi lahir.
Plasenta melekat pada lapisan desidua lapisan basal tipis endometrium oleh banyak vili fibrosa sama seperti sebuah perangko yang ditempel pada sebuah amplop. Setelah janin dilahirkan dengan adanya kontraksi uterus yang kuat, sisi plasenta akan jauh lebih kecil sehingga tonjolan vili akan pecah dan plasenta akan lepas dari perlekatannya. Dalam keadaan normal, beberapa kontraksi kuat pertama lima sampai tujuh menit kelahiran bayi plasenta akan lepas dari lapisan basal. Plasenta tidak akan mudah lepas dari uterus yang kendur karena ukuran permukaan sisi plasenta tidak akan berkurang. Pelepasan plasenta diindikasikan dengan tanda-tanda sebagai berikut :
• Fundus yang berkontraksi kuat
• Perubahan bentuk uterus dari bentuk cakram menjadi bentuk oval bulat, sewaktu plasenta bergerak ke arah segmen bagian bawah
• Darah berwarna gelap keluar dengan tiba-tiba dari introitus
• Vagina (plasenta) penuh pada pemeriksaan vagina atau rectum atau membrane janin terlihat di introitus
Selain itu untuk mengetahahui plasenta telah epas atau belum maka dapat dilakukan 3 prasat yaitu :
a. Perasat Kustner
b. Perasat Strassmann
c. Perasat Klein
1. Mekanisme pelepasan plasenta
Kala III dimulai dari menebalnya dinding uterus yang bebas tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis, selanjutnya uterus berkontraksi ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm). kemudian plasenta menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa. Selanjutnya adalah pengeluaran plasenta, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Secara klinis tidak penting apakah plasenta pertama-tama tampak pada permukaan janin yang licin/pelepasan dimulai dari tengah (mekanisme schultze) 80 % atau plasenta berputar sehingga yang terlihat permukaan maternalnya yang kasar atau lepas dari pinggir plasenta (mekanisme Mathews-Duncan ) 20 %. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya. lepasnya plasenta dari bagian sentral disertai perdarahan retroplasenta-uterus berubah dari bentuk cakram menjadi bulat-Plasenta telah sepenuhnya lepas dan memasuki segmen uterus bagian bawah-Uterus berbentuk bulat-plasenta memasuki vagina-tali pusat terlihat bertambah panjang, dan perdarahan dapat meningkat-ekspulsi plasenta dan berakhirnya kala III.
2. Pengawasan pendarahan
Setelah plasenta berhasil dilahirkan, bidan harus terus memantau tanda-tanda penurunan kesadaran atau perubahan pernafasan . karena adanya perubahan kardiovaskuler yang cepat (yaitu peningkatan tekanan intracranial sewaktu mengedan dan pertambahan cepat curah jantung). Periode ini merupakan periode dimana dapat terjadi risiko rupture aneurisme serebri yang memang telah ada dan emboli cairan amnion pada paru-paru. Dengan lepasnya plasenta, ada kemungkinan cairan amnion memasuki sirkusi ibu jika otot uterus tidak berkontraksi dengan cepat dan baik.

B. Manajemen aktif kala III
Manajemen aktif kala III dilakukan segera setelah bayi lahir, kemudian pastikan bahwa janin yang dilahirkan adalah tunggal dan tidak ada janin selanjutnya yang harus dilahirkan, setelah dipastikan bahwa janin tunggal, langkah selanjutnya adalah manajemen aktif kala III. Manajemen aktif kala III dilakukan untuk mencegah masalah selama proses kelahiran plasenta dan sesudahnya. Berdasarkan hasil penelitian klinis menunjukkan bahwa manajemen aktif kala III persalinan dapat menurunkan angka kejadian perdarahan postpartum, mengurangi lamanya kala III dan mengurangi penggunaan transfuse darah dan terapi oksitosin. WHO telah merekomendasikan kepada semua dokter dan bidan untuk melaksanakan manajemen aktif kala III, apabila manajemen aktif kala III dapat dilakukan dengan benar dan sistematis diharapkan kala III dan selanjutnya akan dapat dilewati dengan aman.
Manajemen aktif kala III terdiri atas beberapa poin penting yaitu



I.    Memberikan asuhan pada ibu bersalin kala III
A.      Fisiologi kala III
Kala III dimulai sejak lahirnya bayi hingga lahirnya plasenta. Tujuan dari penanganan tahap ketiga ialah pelepasan dan ekspulsi segera plasenta, yang dicapai dengan cara yang paling mudah dan paling aman. Segera setelah bayi lahir akan diikuti dengan lahirnya plasenta yang diawali dengan Pada umumnya kala III berlangsung ± 6 menit setelah bayi lahir.
Plasenta melekat pada lapisan desidua lapisan basal tipis endometrium oleh banyak vili fibrosa sama seperti sebuah perangko yang ditempel pada sebuah amplop. Setelah janin dilahirkan dengan adanya kontraksi uterus yang kuat, sisi plasenta akan jauh lebih kecil sehingga tonjolan vili akan pecah dan plasenta akan lepas dari perlekatannya. Dalam keadaan normal, beberapa kontraksi kuat pertama lima sampai tujuh menit kelahiran bayi plasenta akan lepas dari lapisan basal. Plasenta tidak akan mudah lepas dari uterus yang kendur karena ukuran permukaan sisi plasenta tidak akan berkurang. Pelepasan plasenta diindikasikan dengan tanda-tanda sebagai berikut :
·         Fundus yang berkontraksi kuat
·         Perubahan bentuk uterus dari bentuk cakram menjadi bentuk oval bulat, sewaktu plasenta bergerak ke arah segmen bagian bawah
·         Darah berwarna gelap keluar dengan tiba-tiba dari introitus
·         Vagina (plasenta) penuh pada pemeriksaan vagina atau rectum atau membrane janin terlihat di introitus
Selain itu untuk mengetahahui plasenta telah epas atau belum maka dapat dilakukan 3 prasat yaitu :
a.     Perasat Kustner
b.     Perasat Strassmann
c.     Perasat Klein
1.   Mekanisme pelepasan plasenta
Kala III dimulai dari menebalnya dinding uterus yang bebas tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis, selanjutnya uterus berkontraksi ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm). kemudian plasenta menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa. Selanjutnya adalah pengeluaran plasenta, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Secara klinis tidak penting apakah plasenta pertama-tama tampak pada permukaan janin yang licin/pelepasan dimulai dari tengah (mekanisme schultze) 80 % atau plasenta berputar sehingga yang terlihat permukaan maternalnya yang kasar atau lepas dari pinggir plasenta (mekanisme Mathews-Duncan ) 20 %. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya. lepasnya plasenta dari bagian sentral disertai perdarahan retroplasenta-uterus berubah dari bentuk cakram menjadi bulat-Plasenta telah sepenuhnya lepas dan memasuki segmen uterus bagian bawah-Uterus berbentuk bulat-plasenta memasuki vagina-tali pusat terlihat bertambah panjang, dan perdarahan dapat meningkat-ekspulsi plasenta dan berakhirnya kala III.
2.   Pengawasan pendarahan
Setelah plasenta berhasil dilahirkan, bidan harus terus memantau tanda-tanda penurunan kesadaran atau perubahan pernafasan . karena adanya perubahan kardiovaskuler yang cepat (yaitu peningkatan tekanan intracranial sewaktu mengedan dan pertambahan cepat curah jantung). Periode ini merupakan periode dimana dapat terjadi risiko rupture aneurisme serebri yang memang telah ada dan emboli cairan amnion pada paru-paru. Dengan lepasnya plasenta, ada kemungkinan cairan amnion memasuki sirkusi ibu jika otot uterus tidak berkontraksi dengan cepat dan baik. 

B.      Manajemen aktif kala III
Manajemen aktif kala III dilakukan segera setelah bayi lahir, kemudian pastikan bahwa janin yang dilahirkan adalah tunggal dan tidak ada janin selanjutnya yang harus dilahirkan, setelah dipastikan bahwa janin tunggal, langkah selanjutnya adalah manajemen aktif kala III. Manajemen aktif kala III dilakukan untuk mencegah masalah selama proses kelahiran plasenta dan sesudahnya. Berdasarkan hasil penelitian klinis menunjukkan bahwa manajemen aktif kala III persalinan dapat menurunkan angka kejadian perdarahan postpartum, mengurangi lamanya kala III dan mengurangi penggunaan transfuse darah dan terapi oksitosin. WHO telah merekomendasikan kepada semua dokter dan bidan untuk melaksanakan manajemen aktif kala III, apabila manajemen aktif kala III dapat dilakukan dengan benar dan sistematis diharapkan kala III dan selanjutnya akan dapat dilewati dengan aman.
Manajemen aktif kala III terdiri atas beberapa poin penting yaitu
Pemberian oksitosin

Setelah plasenta berhasil dilahirkan selanjutnya menggosok secara sirkuler uterus pada abdomen untuk menjaga agar tetap keras dan berkontraksi dengan baik sehingga dapat mendorong keluar setiap gumpalan darah.

Tali pusat diklem, plasenta dilahirkan melalui peregangan tali pusat terkendali dengan kontra peregangan pada fundus

 
















C.      Pemeriksaaan plasenta, selaput ketuban dan tali pusat
Langkah selanjutnya setelah MAK III adalah melakukan pemeriksaan terhadap plasenta, selaput ketuban, dan tali pusat. Pemeriksaan terhadap plasenta pemeriksaan terhadap plasenta meliputi kelengkapan kotiledon, keutuhan  selaput plasenta, warna plasenta, panjang, lebar, tebal plasenta dan tali pusat.

D.     Pemantauan
Setelah plasenta lahir lengkap maka dilakukan pemantauan terhadap kontraksi, robekan jalan lahir dan perineum, tanda vital, serta higiene.
Pemantauan
Hasil
Kontraksi
Kontraksi yang baik akan teraba keras dan globuler. Tinggi fundus uteri sebelum plasenta lahir sekitar setinggi pusat, setelah plasenta lahir tinggi fundus akan turun sekitar 2 jari dibawah pusat
Robekan jalan lahir dan perineum
Robekan jalan lahir yang dapat direparasi oleh bidan adalah robekan derajat 1 dan 2 pada perineum. Yaitu dari mukosa vagina sampai ke otot vagina
Tanda vital
Tekanan darah mungkin mengalami sedikit penurunan dibandingkan ketika kala I dan II, nadi normal , suhu tidak lebih dari 37,5 derajat, respirasi normal
Higiene
Setelah dinyatakan ibu dalam kondisi baik, maka ibu dibersihkan seperlunya hingga ibu nyaman

E.      Kebutuhan ibu pada kala III
Segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan diperut ibu untuk dikeringkan tubuhnya kecuali kedua telapak tangan, selanjutnya bayi akan diselimuti dan diletakkan didada ibu untuk selanjutnya berusaha mencari putting susu ibu. Selama kala III ibu sangat membutuhkan kontak kulit dengan bayi, dengan IMD maka kontak kulit yang terjalin dapat memberikan ketenangan tersendiri pada ibu, selain itu manfaat IMD lainnya adalah menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat, dan dapat membantu kontraksi uterus melalui tendangan-tendangan embut dari kaki bayi.
F.      Pendokumentasian kala III
Pendokumentasian yang dilakukan pada kala III mencatat semua kejadian selama kala III mulai dari lahirnya bayi hingga lahirnya plasenta
Data Subyektif yang dapat diketahui pada kala III antara lain dari keluhan yang dirasakan ibu sesaat setelah bayi lahir
Data Obyektif yang dapat diketahui pada kala III antara lain berdasarkan observasi yang dilakukan selama kala III seperti tanda-tanda pelepasan plasenta
Assasement yang dapat disusun berdasakan data subyektif dan data obyektif adalah bahwa ibu sudah memasuki kala III
Planning yang dapat disusun antara lain segera melahirkan plasenta dengan cara manajemen aktif kala III

II.  Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kalaIII dan cara mengatasinya
A.      Pendarahan pada kala III
Perdarahan pada kala III umum terjadi dikarenakan terpotongnya pembuluh-pembuluh darah dari dinding rahim bekas implantasi plasenta. Jumlah darah yang umum keluar tidak lebih dari 500cc atau setara dengan 2,5 gelas belimbing. Apabila  setelah lahirnya bayi darah yang keluar melebihi 500cc maka dapat dikategorikan mengalami perdarahan pascapersalin primer. Pada pasien yang mengalami perdarahan pada kala III atau mengalami pengeluaran darah sebanyak lebih 500cc, tanda-tanda yang dapat dijumpai secara langsung diantaranya perubahan pada tanda-tanda vital seperti pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, sistolik <90 mmHg, nadi >100 x/mnt, kadar Hb <8 g%. 
Beberapa penyebab perdarahan pascapersalinan primer yang sering terjadi adalah :
1.   Atonia uteri
Pengertian adalah melemahnya kontraksi uterus setelah melahirkan
Penyebab karena tak ada pemicu kontraksi (hormon oksitosin lemah, adanya hambatan pada uterus ketika akan berkontraksi seperti sisa plasenta, otot2 uterus terlalu mengembang sehingga untuk berkontraksi mengalami hambatan biasanya karena bayi besar/makrosomia, polihidramnion, dll)
Tindakan yang bias dilakukan adalah kompresi bimanual interna/eksterna dan menyuntikkan uterotonika bagi ibu yang tidak ada riwayat HT
2.   Restensio plasenta
Pengertian yaitu plasenta tidak lahir lebih dari 30 menit
Penyebab perlekatan plasenta
Tindakan yang bias dilakukan adalah manual plasenta
3.   Perlukaan jalan lahir
Pengertian yaitu robeknya jalan lahir ketika proses persalinan
Penyebab peregangan otot berlebihan
Tindakan yang bias dilakukan adalah penjahitan

B.      Tindakan-tindakan kala III kompresi bimanual internal dan eksternal ; kompresi aorta; manual plasenta;
Kompresi bimanual interna (KBI) penjelasan dan checklist
Kompresi aorta penjelasan dan checklist
Manual plasenta dan checklist













C. Pemeriksaaan plasenta, selaput ketuban dan tali pusat
Langkah selanjutnya setelah MAK III adalah melakukan pemeriksaan terhadap plasenta, selaput ketuban, dan tali pusat. Pemeriksaan terhadap plasenta pemeriksaan terhadap plasenta meliputi kelengkapan kotiledon, keutuhan selaput plasenta, warna plasenta, panjang, lebar, tebal plasenta dan tali pusat.

D. Pemantauan
Setelah plasenta lahir lengkap maka dilakukan pemantauan terhadap kontraksi, robekan jalan lahir dan perineum, tanda vital, serta higiene.
Pemantauan Hasil
Kontraksi Kontraksi yang baik akan teraba keras dan globuler. Tinggi fundus uteri sebelum plasenta lahir sekitar setinggi pusat, setelah plasenta lahir tinggi fundus akan turun sekitar 2 jari dibawah pusat
Robekan jalan lahir dan perineum Robekan jalan lahir yang dapat direparasi oleh bidan adalah robekan derajat 1 dan 2 pada perineum. Yaitu dari mukosa vagina sampai ke otot vagina
Tanda vital Tekanan darah mungkin mengalami sedikit penurunan dibandingkan ketika kala I dan II, nadi normal , suhu tidak lebih dari 37,5 derajat, respirasi normal
Higiene Setelah dinyatakan ibu dalam kondisi baik, maka ibu dibersihkan seperlunya hingga ibu nyaman

E. Kebutuhan ibu pada kala III
Segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan diperut ibu untuk dikeringkan tubuhnya kecuali kedua telapak tangan, selanjutnya bayi akan diselimuti dan diletakkan didada ibu untuk selanjutnya berusaha mencari putting susu ibu. Selama kala III ibu sangat membutuhkan kontak kulit dengan bayi, dengan IMD maka kontak kulit yang terjalin dapat memberikan ketenangan tersendiri pada ibu, selain itu manfaat IMD lainnya adalah menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat, dan dapat membantu kontraksi uterus melalui tendangan-tendangan embut dari kaki bayi.
F. Pendokumentasian kala III
Pendokumentasian yang dilakukan pada kala III mencatat semua kejadian selama kala III mulai dari lahirnya bayi hingga lahirnya plasenta
Data Subyektif yang dapat diketahui pada kala III antara lain dari keluhan yang dirasakan ibu sesaat setelah bayi lahir
Data Obyektif yang dapat diketahui pada kala III antara lain berdasarkan observasi yang dilakukan selama kala III seperti tanda-tanda pelepasan plasenta
Assasement yang dapat disusun berdasakan data subyektif dan data obyektif adalah bahwa ibu sudah memasuki kala III
Planning yang dapat disusun antara lain segera melahirkan plasenta dengan cara manajemen aktif kala III

II. Mendeteksi adanya komplikasi persalinan kalaIII dan cara mengatasinya
A. Pendarahan pada kala III
Perdarahan pada kala III umum terjadi dikarenakan terpotongnya pembuluh-pembuluh darah dari dinding rahim bekas implantasi plasenta. Jumlah darah yang umum keluar tidak lebih dari 500cc atau setara dengan 2,5 gelas belimbing. Apabila setelah lahirnya bayi darah yang keluar melebihi 500cc maka dapat dikategorikan mengalami perdarahan pascapersalin primer. Pada pasien yang mengalami perdarahan pada kala III atau mengalami pengeluaran darah sebanyak lebih 500cc, tanda-tanda yang dapat dijumpai secara langsung diantaranya perubahan pada tanda-tanda vital seperti pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, sistolik <90 mmHg, nadi >100 x/mnt, kadar Hb <8 g%.
Beberapa penyebab perdarahan pascapersalinan primer yang sering terjadi adalah :
1. Atonia uteri
Pengertian adalah melemahnya kontraksi uterus setelah melahirkan
Penyebab karena tak ada pemicu kontraksi (hormon oksitosin lemah, adanya hambatan pada uterus ketika akan berkontraksi seperti sisa plasenta, otot2 uterus terlalu mengembang sehingga untuk berkontraksi mengalami hambatan biasanya karena bayi besar/makrosomia, polihidramnion, dll)
Tindakan yang bias dilakukan adalah kompresi bimanual interna/eksterna dan menyuntikkan uterotonika bagi ibu yang tidak ada riwayat HT
2. Restensio plasenta
Pengertian yaitu plasenta tidak lahir lebih dari 30 menit
Penyebab perlekatan plasenta
Tindakan yang bias dilakukan adalah manual plasenta
3. Perlukaan jalan lahir
Pengertian yaitu robeknya jalan lahir ketika proses persalinan
Penyebab peregangan otot berlebihan
Tindakan yang bias dilakukan adalah penjahitan

B. Tindakan-tindakan kala III kompresi bimanual internal dan eksternal ; kompresi aorta; manual plasenta;
Kompresi bimanual interna (KBI) penjelasan dan checklist
Kompresi aorta penjelasan dan checklist
Manual plasenta dan checklist

Tidak ada komentar:

Posting Komentar